KONSOLIDASI PEMUDA TUNTASKAN REVOLUSI PENDIDIKAN
Kampus sebagai institusi pendidikan lahir setelah pemerintahan kolonial imperialisme Belanda mengeluarkan politik etis, yang mana hal tersebut sebenarnya bukan untuk balas budi terhadap penduduk pribumi yang dijajah karena eksploitasi yang dilakukan Belanda di bumi Nusantara telah memakmurkan Belanda, dengan harapannya bisa memadamkan api perlawanan yang dilakukan penduduk pribumi terhadap Belanda.
Namun sejarah menunjukan kemunculan kaum muda terpelajar yang lahir dari kampus, kemudia menentang Feodalisme, Kapitalisme dan mendidik serta membangun konsolidasi rakyat. inilah generasi yang terus menciptakan perlawanan hingga menjewantahkan pada revolusi pemuda 1928 yang mengantarkan kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 secara de jure. Reformasi 98' adalah sama halnya, penguasa oteoriter orde baru dibawah komando Soeharto tumbang setelah pemuda menggerakkan kampus dan berunjuk rasa sebagai bentuk perlawanan atas pemerintahan orde baru yang represif.
Dan penindasan terus terjadi, pemberlakuan NKK/BKK ( Normalisasi kehidupan kampus/badan koordinasi kampus) yang didalamnya memuat tentang SKS, presensi 75%, Drop Out (DO), pembubaran Dewan Mahasiswa (DEMA), dan aturan-aturan yang mengikat dengan dalih kedisiplinan, yang mana inti dari semua ini adalah strategi untuk membunuh kesadaran kritis mahasiswa yang peka terhadap problematika sosial masyarakat.
Anggaran pendidikan 20% yang dijanjikan pemerintah ternyata menjadi sumber manipulasi dan korupsi, dan selalu rakyat yang menjadi korban. Dan yang sangat mengkhawatirkan lagi adalah Rancangan Undang-undang Badan Hukum Pendidikan (RUU-BHP). Inti dari isi hal tersebut adalah komersialisasi pendidikan, efeknya juga terlihat dengan munculnya Institusi-institusi pendidikan asing dan lambat laun akan menggeser institusi pendidikan Nasional dan biaya pendidikan menjadi semakin mahal. Imbasnya adalah bangsa kita akan menjadi semakin bodoh karena pendidikan hanya bisa diakses oleh kalangan tertentu. Dunia pendidikan sekarang sudah berubah menjadi lahan industri yang akan memproduksi komoditi, ibarat barang yang bisa diperdagangkan dan berorientasi pada keuntungan (profit)
Kurikulum pendidikan yang digunakan sekarang sangat jauh dari realitas masyarakat dan tidak berlandaskan atas mode produksi, mode konsumsi, dan mode distribusi masyarakat. Yang terjadi adalah pembunuhan karakter anak bangsa dengan mengadopsi sistem pendidikan barat mengacu pada neo-liberalisme. Suatu bangsa akan kuat jika anak bangsanya berkarakter mandiri dalam arti "BERDIRI DI ATAS KAKI SENDIRI" hal ini yang tidak diinginkan oleh pihak modal asing yang tidak mau aset-asetnya diganggu oleh kritisme masyarakat.
Pendidikan yang hakekatnya memanusiakan manusia ternyata lebih jauh tersesat dari substansinya, pada konteks pendidikan indonesia saat ini, yang terjadi tidak lain adalah kanibalisasi manusia dimana generasi intelektual kita tidak sampai pada kesadaran praktis, yang tidak mampu menjawab fenomena masyarakat. TIdak hanya sampai disitu, liberalisasi pendidikan yang terjadi saat ini dimana institusi pendidikan diharuskan mengelola sendiri, jelasnya subsidi untuk pendidikan harus dihapuskan agar penetrasi modal lebih bebas masuk di segala lini.
Pemerintah yang pro-modal mengesampingkan kepentingan rakyat. Hakikat dasar negara yang tercantum dalam UUD 1945 dikhianati. Kenyataan bahwa pendidikan kita yang sangat mahal sebagai akibat dari tunduknya negara terhadap kapitalisme/TNC-MNC agar subsidi sosial dan pendidikan ditiadakan.
Atas situasi yang carut-marut ini saya mengajak segenap pemuda yang ada di kampus Se-Nusantara untuk konsolidas dan membangun benteng kesadaran massa rakyat menuju perubahan Indonesia yang akan menghantarkan kita kepada kemerdekaan 100% atau yang sesungguhnya atas tanah air dan udara. Maka dari itu saya ingin agar segenap pemuda kampus menuntut dan menyerukan:
- Tolak komersialisasi Pendidikan
- Tolak RUU-BHP (Rancangan Undang undang Badan Hukum Pendidikan)
- Pendidikan murah untuk Rakyat
- Rombak Kurikulum dan ciptakan Kurikulum berbasis kerakyatan
- Subsidi Pendidikan
"MENDIDIK RAKYAT DENGAN PERGERAKAN....
MENDIDIK PENGUASA DENGAN PERLAWANAN....."
By; Freddie Janjaan - Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma Jogjakarta
Baca Selengkapnya..